Tidak ba bi bu lagi berikut ini adalah tulisan dari Ustadz Felix Siauw dalam blognya http://felixsiauw.com/home/ustadzkokdagang/

“Ustadz kok dagang”
“Halah, ngaku agamis, ternyata jualan agama”
“Halah, ngaku agamis, ternyata jualan agama”
Komentar satir sinis dan serupa
dengannya tentu sudah akrab di telinga kita, dan senantiasa muncul
komentar yang sama pedasnya atau lebih dari itu di kolom komentar saat
posting-posting tentang jualan kita temukan, dan tentu di postingan kali
ini pun juga pasti akan ada komentar serupa hehehe..
Padahal, menafkahi keluarga dalam
Al-Qur’an dan Al-Hadits adalah kewajiban mulia bagi lelaki, dan dalam
hadits lain penghapus dosa yang tidak bisa dihapus dengan shalat dan
puasa, juga sebagai sarana shadaqah bagi suami kepada istri, anak-anak,
dan seluruh anggota keluarga
Tidak ada yang salah dengan berjualan
atau berdagang, siapapun dia dan apapun dia, mau ulama atau orang awam,
mau orang kaya atau orang miskin, berjualan dan berdagang adalah amalan
mulia, cara mencari harta yang halal yang memang Allah perintahkan pada
setiap lelaki
Bahkan Nabi Muhammad, junjungan kita
adalah pedagang hebat, Alhamdulillah, suri tauladan kita mencontohkan
berdagang dan berjualan, dan beliau mencontohkan bagaimana jadi penjual
dan pedagang yang Allah ridhai..
“Sesungguhnya sebaik-baik penghasilan
ialah penghasilan para pedagang yang mana apabila berbicara tidak
bohong, apabila diberi amanah tidak khianat, apabila berjanji tidak
mengingkarinya, apabila membeli tidak mencela, apabila menjual tidak
berlebihan (dalam menaikkan harga), apabila berhutang tidak
menunda-nunda pelunasan dan apabila menagih hutang tidak memperberat
orang yang sedang kesulitan” (HR Baihaqi)
MasyaAllah, berdagang adalah sebaik-baik
penghasilan, siapapun yang melakukannya, asal berdagang ini sesuai
dengan syariat yang Allah turunkan, bahkan ulama-ulama dahulu seperti
Imam Abu Hanifah pun pedangang ulung, yang bisa membiayai murid-muridnya
Bagi saya, berdagang adalah cara terbaik
untuk bisa all-out dalam dakwah, selepas lulus dari kuliah tahun 2006,
saya sempat bekerja kantoran selama 5 tahun hingga 2011, dan percaya
deh, saya tahu persis sulitnya bekerja di kantoran dan berdakwah,
terkadang saya bertanya-tanya “saya ini hidup berdakwah sambil ngantor,
atau ngantor sambil dakwah?”
Saya nggak bilang yang ngantor nggak
bisa dakwah, nggak, banyak sekali orang-orang yang ngantor dan
memberikan efek besar banget bagi dakwah di kantornya, bahkan kotanya,
bahkan lintas kota dan negara hehehe..
Tapi saat itu saya berdoa pada Allah,
“Jika engkau berkenan, dan Engkau yang paling tahu, hamba mohon waktu
yang lebih banyak untuk bisa berdakwah, tanpa melalaikan kewajiban
mencari nafkah, Engkau Maha Tahu jalan keluarnya”
Kondisi sekaranglah yang menjadi
jawabannya, di sela-sela kesibukan kantor, selama tahun 2009-2011 saya
menulis 3 buku pertama saya, “Beyond The Inspiration”, “Muhammad
Al-Fatih 1453″ dan “How To Master Your Habits”,
Dengan uang pinjaman dari Papi, saya
mencetak 3 buku itu dengan merintis penerbitan, ikut bookfair, bawa-bawa
buku berat-berat setiap kajian di perkantoran (mungkin disini ada saksi
nyata, setiap ngisi kajian kantoran saya bawa tas travel isinya buku
semua hehehe..), abis kajian, jualan buku, kadang laku, kadang nggak,
kadang pulang tas udah ringan karena ganti uang, kadang masih berat dan
sakitnya tuh di betis bawa tas gede jualan hehehe.. masyaAllah
Alhamdulillah kondisi keuangan membaik,
kontrak bisa dibayar, dan keluarga nambah, anak saya sudah 2 waktu itu
di tahun 2011, tapi tentu kekurangan masih banyak, untung, lagi-lagi
Papi selalu membantu keuangan saya, walau sudah 5 tahun menikah
2011 akhir, saya berkenalan dengan
twitter, dan memutuskan berdakwah via sosmed, dikarenakan target dakwah
masa kini yang memang jarang ke Masjid namun selalu membawa gadget
kemanapun, selain itu juga lebih luas cakupannya, disitulah akun
@felixsiauw mulai aktif berdakwah
Alhamdulillah, selain menjadi ajang baru
dakwah, sosial media membawa saya ke ranah dagang yang juga baru,
berkenalan dengan ahli-ahli dagang yang mulai perhatian pada Islam dan
ekonomi syariah, banyak peluang baru yang mulai terbuka
Saat mendakwahkan hijab syar’i misalnya,
saya senantiasa mendapatkan tanya kala itu “dimana kita bisa beli hijab
syar’i?”, padahal istri saya di masa-masa 2011 itu aja hijab syar’inya
bikin, bukan beli, karena di masa itu yang lagi booming hijab yang
rumit-rumit
Istri saya pun pedagang kerudung sejak
nikah, dan lalu punya ide untuk memberikan solusi pada yang nanya
“dimana beli hijab syar’i?” dengan kata-kata “Bi, kita buat usaha hijab
syar’i aja yuk?”, dari situ hadirlah Hijab Alila
Peluang dakwah yang semakin besar,
audiens yang semakin banyak juga membuat buku-buku saya semakin dikenal,
berjumpa pula dengan @Benefiko yang kemudian bekerjasama menghasilkan
buku#UdahPutusinAja dan #YukBerhijab,
atas izin Allah, buku ini diterima pasaran hingga dibuatlah
@AlFatihStudios untuk menyeriusi dalam mengangkat karya-karya dakwah
dengan visual yang baik bagi pembaca-pembaca khususnya generasi muda
Semua peredaran buku yang begitu cepat
dan luas, akhirnya memaksa saya untuk melepas @AlFatihBookstore kepada
adik-adik halqah saya untuk mereka urus, disitu akhirnya saya bisa
menemukan jalan all-out untuk dakwah, Alhamdulillah ‘ala nikmatillah..
Seiring peluang dakwah yang semakin
terbuka, peluang berdagang juga sama, bersama Ustadz Fatih Karim dan Abu
Adam Teuku Wisnu, kita menggagas pula @1GodClothing, t-shirt dakwah,
dan @SateKabayan, Alhamdulillah
Ada juga temen yang minta untuk dampingi
jamaahnya ke Istanbul, Turki, saya juga hayuh aja, selama bagian dari
dakwah dan bantuin temen, mengapa nggak? Itu dia @Satu_tours yang memang
jalannya nggak hanya komersil, tapi juga bagian dakwah

Lantas jadi orang kaya? Hehehe.. nggak
juga ternyata hehe.. Mobil masih dipinjemin Papi, modal 80% masih
disupport juga sama Papi, usaha juga masih lebih banyak ruginya daripada
untungnya hahaha.. dan kemana-mana masih dengan kendaraan yang sama
yang dipake 4 tahun lalu, yang nambah anak, istri? masih sama kayak
dulu, itu-itu aja hehehe..
Tapi Allah berikan semua doa saya, bisa
all-out dalam dakwah tanpa mengesampingkan mencari rezeki halal, dan
Allah berikan bonusnya, memandirikan anggota halqah-halqah saya, dan
membuat mereka berpikir hal yang sama, bagaimana all-out dalam dakwah
tanpa mengesampingkan urusan kewajiban memberi nafkah, Alhamdulillah
Bedanya? Dulu terus terang saya
kesulitan membiayai keluarga, apalagi membiayai dakwah., karena dari
dulu saya memiliki prinsip untuk tidak menarif sama sekali dalam
kewajiban dakwah ini, bahkan kita sediakan sendiri transportasi, dan
kelengkapan dakwah dalam beberapa kasus khusus
Sekarang? Alhamdulillah, kita bisa
membiayai sendiri dakwah, bahkan mengontrak ruko untuk dijadikan Masjid
tempat orang bersujud, ditengah-tengah tempat yang nggak ada Masjid
terdekat, walau ngontrak, lumayan lah. Alhamdulillah ‘ala nikmatillah
Kita Muslim diminta untuk mandiri dan
terhormat dihadapan manusia dengan tidak meminta-minta, apalagi
meminta-minta dalam menyampaikan dakwah, tapi disisi lain, kita Muslim
pun diwajibkan mencari harta halal, dan berdagang berjualan ini salah
satu jalannya
“Tidaklah seseorang mengkonsumsi makanan
yang lebih baik dari makanan yang dihasilkan dari jerih payah tangannya
sendiri. Dan sesungguhnya nabi Daud as dahulu senantiasa makan dari
jerih payahnya sendiri.” (HR Bukhari)
“tapi antum kan Ustadz, harusnya jangan berdagang, kesannya kayak jualan agama!”
Hehehe.. ngurusin manusia nggak ada
habisnya, kalau Ustadz berdagang dibilang “jualan agama”, kalau nggak
berdagang dan hidup dari infaq atau amplop orang dibilang “Ustadz jualan
ayat”, hehehe.. nggak ada habisnya, namanya orang nggak suka ya nggak
suka aja apapun yang kita buat, maka berbuatlah karena Allah bukan
karena manusia
Jadi, ‘ala kulli haaal, saya bangga jadi
Muslim, saya bangga jadi pedagang dan berjualan, Alhamdulillah, ini
jalan cari harta halal dan baik, ini jalan bisa all-out dalam dakwah,
dan dakwah ini, susah-mudah, kaya-sengsara, jualan-karyawan, tetep aja
wajib dilakukan, karena dakwah bukan profesi tapi bagian kewajiban
Selain itu, saya juga bangga
mencontohkan pada Muslim lain, terutama generasi muda, untuk tidak malu
berjualan dan berdagang, bahkan bangga jadi penjual dan pedagang, jangan
sampai pasar malah dikuasai oleh orang-orang yang nggak beriman dan
nggak mau ngeramein Masjid, pasar kita harus diubah dan diisi
orang-orang salih
Jadi ya, saya pendakwah (doain ya biar istiqamah), dan saya juga pedagang

Apa aja dagangan saya? boleh kalau mau liat hehehe.. (sekalian doain ya biar jadi kebaikan)
Ini akun-akun twitternya
@HijabAlila, jualan hijab bagi Muslimah
@Alfatihcenter, distributor buku dan dagang buku
@SateKabayan, jualan sate
@1GodClothing, jualan t-shirt
@Alfatihstudios, desain visual dan dakwah kreatif
@Satu_tours, kalo ini bantuin orang aja, bukan pemasukan hehe..
Mudah-mudahan yang baca diberikan
kebaikan, mau setuju mau nggak setuju itu pilihan hidup, mau mendoakan
mau mendengki itu juga pilihan hidup, ada yang ketika liat yang lain
sukses lalu mau belajar, ada yang malah negatif dan nyari kesalahan, itu
juga pilihan, yang manapun pilihannya saya doakan “barakallahu fiikum,
semoga Allah memudahkan semua kebaikan”

Curhatnya saya tutup dengan hadits Nabi saw,
“Pedagang yang senantiasa jujur lagi
amanah akan bersama para nabi, orang-orang yang selalu jujur dan
orang-orang yang mati syahid” (HR Tirmidzi)
Ohya, lupa, kalau habis baca postingan
ini lalu menemukan komen-komen negatif dan provokatif, abaikan saja,
karena Muslim nggak mencaci dan nggak bales cacian, tunjukkan akhlak
mulia sebagai seorang Muslim ya.. jaga lisan

“Seorang mukmin bukanlah orang yang suka mencela, melaknat, berperangai buruk, dan mengucapkan ucapan yang kotor” (HR Ahmad)
akhukum
@felixsiauw
@felixsiauw
No comments:
Post a Comment